Minggu, 17 November 2013

Birokrasi dan Administrasi Kepegawaian



TUGAS
BIROKRASI DAN ADMINISTRASI KEPEGAWAIAN
Tentang
Model, Fungsi dan Peran Birokrasi


OLEH
Randa Julian Gobas              1106440/2011
Yudha Prayoga Isman           1106468/2011
Fitri Laili                                1106446/2011
Silvia Rahmadani                            1106432/2011
Yogi Komala Putra                1106462/2011
Mordani Fauzi Adri               1106476/2011

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
JURUSAN ILMU SOSIAL POLITIK
FAKULTAS ILMU-ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2012




KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, rasa syukur yang tiada terhingga atas kehadiran Allah SWT yang telah menganugrahkan kekuatan lahir dan bathin, petunjuk serta keridhoan Nya sehingga menulis dapat menyelesaikan, tugas tentang “Birokrasi dan Administrasi Kepegawaian” yang sesuai dengan aspeknya. Mudah-mudahan tugas ini bermanfaat tidak hanya bagi mahasiswa, tetapi juga diharapkan bermanfaat bagi para pendidik dan peserta didik yang ingin mendalami tentang Model, Fungsi dan Peran Birokrasi.
Terima kasih penulis disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan tugas makalah kami. Teristimewa penulis ucapkan terimakasih kepada Dosen Pembimbing mata kuliah “Birokrasi dan Administrasi Kepegawaian” yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan makalah  ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulis makalah  ini banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu masukan yang bersifat konstrukif dari semua pihak sangat diharapkan untuk penyempurnaan di masa yang akan datang.
Akhir kata penulis berharap tugas kelompok  ini berguna bagi kita semua, terima kasih.

                                                                                          Padang,  November 2012


Penulis









i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................i
DAFTAR ISI ...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG ...............................................................1
B.     TUJUAN ...................................................................................1
C.     RUMUSAN MASALAH …………………………………….......1
BAB II PEMBAHASAN
A.      MODEL – MODEL BIROKRASI ..........................................2-5
B.       JURNAL MODEL REFORMASI BIROKRASI ....................5-6
C.       FUNGSI BIROKRASI .............................................................6
D.      PERAN BIROKRASI ...........................................................6-8
E.       JURNAL REFORMASI BIROKRASI ......................................8
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
A.    Kesimpulan ...............................................................................9
B.     Saran .........................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................10







ii
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Birokrasi adalah sistem pemerintah yang di jalani pegawai pemerintah karena telah berpegang pada hirarki dan jenjang jabatan. Birokrasi bukanlah suatu fenomena yang baru bagi kita karena sebenarnya telah ada dalam bentuknya yang sederhana sejak beribu-ribu tahun yang lalu. Namun demikian kecendrungan mengenai model – model, fungsi dan peran birokrasi telah menjadi organisasi atau institusi yang penting. Kajian birokrasi sangat penting dipelajari, karena secara umu dipahami bahwa salah satu institusi/lembaga, paling penting sebagai personifikasi negara dalam pemerintah, sedangkan personifikasi pemerintah itu sendiri perangkat birokrasinya.
            Pelaksanaan birokrasi setiap negara berbeda – beda tergantung dari sistem pemerintahan yang dianut oleh negara. Birokrasi di negara maju sudah diterapkan karena negara maju bisa dikatakan hampir semua faktor bisa teratasi dengan baik. Sedangkan negara berkembang belum bisa dikatakan baik karena pemerintah belum bisa dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Oleh karena itu birokrasi terkesan mengenai hal positif dan negatif dalam penyelenggaraan, namun fungsi dan peran serta posisi birokrasi saat ini terkesan negatif dan menyulitkan masyarakat.

B.     Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui modul-modul dari Model, Fungsi dan Peran Birokrasi.
2.      Untuk mengetahui tentang Birokrasi Indonesia.
C.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana melaksanakan kebijakan dalam Birokrasi Indonesia ?
2.      Apa hubungan model, fungsi dan peran birokrasi dalam negara ?




1
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Model - Model Birokrasi

1.      MODEL BIROKRASI KLASIK
Tokoh: Taylor, Wilson, Weber,Gullick Urwick

Birokrasi adalah suatu usaha dalam mengorganisir berbagai pekerjaan agar terselenggara dengan teratur. Pekerjaan ini bukan hanya melibatkan banyak personil (birokrat), tetapi juga terdiri dari berbagai peraturan dalam penyelenggaraan tugas pemerintahan. Birokrasi diperlukan agar penyelenggaraan tugas pemerintahan tersebut terlaksana secara efisien, efektif dan ekonomis.
Dalam memahami lebih jelas pengertian birokrasi ini, maka dikemukakan ciri-ciri idealnya dari Max Weber (Frederickson, 1984) yang dikenal sebagai salah satu tokoh dalam aliran birokrasi klasik (atau aliran tradisional). Ciri-ciri ini antara lain; suatu birokrasi terdiri dari berbagai kegiatan, pelaksanaan kegiatannya didasarkan pada peraturan yang konsisten, jabatan dalam organisasi tersusun dalam bentuk hierarki, pelaksanaan tugas dengan impersonality, sistem rekruitmen birokrat berdasar pada sistem kecakapan (karier) dan menganut sistem spesialisasi, dan penyelenggaraan pemerintahan dilakukan secara terpusat (sentralisasi).
Meskipun birokrasi klasik ini banyak dikritik, namun sampai sekarang, tetap ada beberapa karakteristik dari model ini yang bertahan dalam birokrasi pemerintahan. Kelemahan-kelemahannya antara lain, seperti terlalu kakunya peraturan yang menyertai model ini, menyebabkan banyak ahli yang melakukan penelitian untuk penyempurnaannya.

2.      MODEL NEO BIROKRASI
Tokoh : Simon, Cyert, March, Gore

Model pendekatan neo-birokrasi merupakan salah satu model dalam erabehavioral. Nilai yang dimaksimumkan adalah efisiensi, ekonomi, dan tingkat rasionalisme yang tinggi dari penyelenggaraan pemerintahan.
2
Unit analisisnya lebih banyak tertuju pada fungsi “pengambilan keputusan” (decision making) dalam organisasi pemerintahan. Dalam proses
 pengambilan keputusan ini, pola pemikirannya bersifat “rasional”; yakni keputusan-keputusan yang dibuat sedapat mungkin rasional untuk dapat mencapai tujuan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan; model pengambilan keputusan didasarkan pada prinsip manajemen modern; pendekatan dalam mengambil keputusan didasarkan pada analisis sistem; dan di dalam praktiknya banyak menggunakan penelitian operasi (operation research).
Kelebihan model ini, telah banyak dibuktikan melalui “unit analisisnya” yang lebih didasarkan pada teknik-teknik ilmu manajemen yang telah mapan sebagai kelengkapan pemecahan masalah dalam banyak organisasi besar, termasuk organisasi militer dan pemerintahan. Teknik manajemen ilmiah telah banyak digunakan dalam kegiatan penganggaran, penjadwalan proyek, manajemen persediaan, program perencanaan karyawan, serta pengembangan produk untuk mencapai produktivitas yang tinggi. Dibalik kelebihannya, juga memiliki berbagai kelemahan, antara lain tidak semua persoalan dalam pemerintahan dapat dikuantitatifkan dalam menerapkan prinsip manajemen ilmiah seperti yang diharapkan dalam penerapan model ini.

3.      MODEL KELEMBAGAAN
Tokoh : Lindbloom, J. Thompson, Mosher, Blau, Riggs

Model kelembagaan merupakan penjelmaan dari era behavioralisme. Ciri-cirinya, antara lain bersifat empiris. Di samping memperhatikan aspek internal, juga pada aspek ekstemal, seperti aspek budaya turut menjadi perhatian utama dalam kajian organisasi pemerintahan (sistem terbuka).
Para penganut model ini lebih tertarik mempelajari organisasi pemerintahan apa adanya (netral), dibanding mengajukan resep perbaikan (intervensi) yang harus dilakukan dalam peningkatan kinerja organisasi pemerintahan. Namun demikian, hasil karya dari tokoh penganut aliran sangat berjasa dalam pengembangan teori organisasi, karena hasil-hasil karya yang ada sebelumnya cenderung menganalisis organisasi dengan “sistem tertutup” tanpa memperhitungkan aspek eksternal organisasi, yang secara realita sangat menentukan terhadap kinerja organisasi pemerintahan.
                                                           
3
4.      MODEL HUBUNGAN KEMANUSIAAN
Tokoh : Mcgregor, Argyris

Model hubungan kemanusiaan mengkritik model-model birokrasi. pemerintahan yang ada sebelumnya, yakni model birokrasi klasik dan model neo-birokrasi yang terlalu memformalkan seluruh kegiatan dalam organisasi pemerintahan. Model hubungan kemanusiaan melihat secara empiris, bahwa ternyata aturan yang terlalu kaku, dapat menimbulkan kebosanan orang (birokrat) bekerja dalam organisasi.
Ciri-ciri model ini, antara lain melihat perlunya diperhatikan; hubungan antarpribadi, dinamika kelompok, komunikasi, sanksi yang tidak perlu merata, pelatihan, motivasi kerja dalam penyelenggaraan birokrasi pemerintahan. Sejalan dengan ciri-ciri tersebut, maka nilai yang dimaksimalkan adalah kepuasan kerja, perkembangan pribadi, harga diri individu dalam organisasi pemerintahan. Model ini tetap menganjurkan perlunya pengawasan, namun tidak perlu dilakukan secara ketat dan merata kepada semua anggota organisasi. Hanya mereka yang memerlukan pengawasan adalah yang perlu diberikan. Hal yang paling penting dilakukan adalah memperbaiki sistem organisasi agar tercipta suasana kerja yang memungkinkan anggota organisasi dapat berhubungan secara baik dengan rekan kerjanya agar tercipta suasana yang dapat meningkatkan inovasi aparatur pemerintahan.

5.      MODEL HUBUNGAN PUBLIK
Tokoh : Ostrom, Buchanan, Olson, Oppenheimer

Model birokrasi pilihan publik merupakan pendekatan yang paling mutakhir dalam penyelenggaraan pemerintahan. Pendekatan ini masih banyak bersifat teoretis dibanding bukti empiris di lapangan. Resep-resep yang ada dalam penyelenggaraan pemerintahan kebanyakan bersifat ideal, namun bukti penerapannya, masih tergolong langka. Hal ini antara lain disebabkan karena pendekatan ini memang relatif masih muda usianya.
Ciri-cirinya, antara lain; lebih bersifat anti birokratis, berdasar pada distribusi pelayanan, desentralisasi, dan tawar-menawar yang berorientasi kepada klien. Ada berbagai prasyarat yang seharusnya terpenuhi dalam penerapan model ini, antara lain:
a.       sistem politik harus dapat menjamin partisipasi dalam mengemukakan pendapat secara objektif dan bertanggung jawab;

4
b.      sistem administrasi pemerintahan yang selalu dinamis, mampu menyesuaikan diri dengan fungsi yang terus berubah;
c.       birokrat harus mampu mengoreksi diri sendiri, dan;
d.      perlu ada langkah kongkrit yang dapat dilakukan dalam mengefektifkan pemberdayaan masyarakat, antara lain adalah meningkatkan kesadaran kritis dalam hal politik pada berbagai lapisan masyarakat. Langkah ini terlaksana apabila terjadi komunikasi yang “dialogis” antara perumus kebijaksanaan dan masyarakat pengguna pelayanan.

B.     Model – model Birokrasi (Jurnal Model Reformasi Birokrasi di indonesia)
Didalam jurnal tersebut disebutkan bahwa model – model birokrasi ada 3, yaitu
1.      Model bureaucratic polity yang dikemukakan oleh Karl D. Jakson, yang antara lain menjelaskan keterlibatan birokrasi dalam bidang politik. Bila dikaitkan dengan konteks perubahan, dalam pandangan Jakson pada situasi bureaucratic polity ini, pilihan kaum elit terutama presiden, sangat menentukan apakah perubahan sosial ekonomi yang terus menerus itu akan bisa menuju kepada sejumlah alternatif.

2.      Model competiting theory atau teori pembanding, Harold Crouch melihat bahwa kepolitikan birokratik di Indonesia mempunyai 3 ciri utama. Pertama, lembaga politk yang dominan adalah birokrasi. Kedua, lembaga-lembaga politik lainnya seperti parlemen, partai politik dan kelompok-kelompok kepentingan berada dalam keadaan lemah sehingga tidak mampu mengimbangi atau mengantrol kekuasaan birokrasi. Ketiga, massa diluar birokrasi secara politik adalah pasif, yang sebagian merupakan kelemahan partai – partai politik.

3.      Model korporatisme negara. Model ini di satu sisi menguntungkan negara otoriter untuk mempolarisasikan konfrontasi kelompok yang cenderung membahayakan otonomi kekuasaan  eksekutif negara. Akan tetapi, di sisi lain, korporatisme dikecam karena kecendrungannya memobilisasi masyarakat tanpa diikuti partisipasi tanpa diikuti partisipasi yang otonomus, spontan atau kalkulatif.

5
Kalau mobilisasi digunakan dalam pengertian Karl Deutsch, maka suatu strategi organisasi korporatis akan dilihat sebagai strategi mengasingkan dan membungkam partisipasi.

C.    FUNGSI BIROKRASI
Tjokrowinoto menyatakan ada paling tidak ada empat fungsi birokrasi (Feisal Tamin, 2002):

1)      Fungsi instrumental, yaitu menjabarkan perundang-undangan dan kebijaksanaan publik dalam kegiatan-kegiatan rutin untuk memproduksi jasa, pelayanan, komoditi, atau mewujudkan situasi tertentu
2)      Fungsi politik, yaitu memberi input berupa saran, informasi, visi, dan profesionalisme untuk mempengaruhi sosok kebijaksanaan
3)      fungsi Katalis Public Interest, yaitu mengartikulasikan aspirasi dan kepentingan publik dan mengintegrasikan atau menginkorporasikannya di dalam kebijaksanaan dan keputusan pemerintah
4)      Fungsi Entrepreneurial, yaitu memberi inspirasi bagi kegiatan-kegiatan inovatif dan non rutin, mengaktifkan sumber-sumber potensial yang idle, dan menciptakan resource-mix yang optimal untuk mencapai tujuan.

D.    PERAN BIROKRASI

1)             Dituntut mampu mengemban misi,
2)             Menjalankan fungsi,
3)             Melaksanakan semua aktivitas yang menjadi tanggung jawabnya di dalam Negara,
4)             Dengan tingkat efisiensi dan efektifitas yang semaksimal mungkin
5)             Disertai dengan orientasi pelayanan dan bukan orientasi kekuasaan.
6)             Steering rather than rowing (mengarahkan dibandingkan melayani). Hal ini berkaitan dengan cara kerja pemerintah yang terlalu mendominasi penyelenggaraan pelayanan publik.
7)             Empowering rather than serving (memberdayakan daripada melayani).


6
8)             Artinya, pemerintah dituntut untuk melakukan pemberdayaan atau penguatan agar potensi masyarakat dapat tumbuh dan berkembang bukan hanya dilayani terus-menerus.
9)             Injecting competition into service delivery (menginfiltrasikan nuansa kompetisi dalam penyediaan layanan).Hal ini dimaksudkan agar institusi pemerintah lebih memperhatikan pada kualitas penyediaan layanan yang disediakan bukan sekedar kuantitas saja. Sehingga tercipta suasana yang kondusif  dan terlepas dari warna korupsi dan nepotisme.
10)         Transforming rule-driven organization (mentransformasikan aturan menjadi organisasi yang terdorong oleh misi). Artinya, organisasi pemerintah diharapkan dapat memeiliki inisiatif dan tidak kaku dengan aturan.
11)         Funding outcome not input (perubhan orientasi dari masukan menuju hasil). Hal ini dimaksudkan agar institusi pemerintah berupaya secra baik untuk meemaksimalkan input baik berupa anggaran maupun sumber daya lainnya menjadi hasil yang optimal.
12)         Meeting the needs of customer not the bureaucracy (memenuhi pengguna layanan bukan birokrasi).Artinya, yang diutamakan dalam pelayanan adalah pemenuhan kebutuhan pelanggan.Birokrasi sebaiknya tidak memaksakan agar kepentingannya turut pola diakomodir dalam pelayanan terebut.
13)         Earing than spending (mencari daripada mengeluarkan).Hal ini dimaksudkan agar organisasi pemerintahan lebih mengupayakan mengakumulasi sumberdaya daripada terus-menerus menggunakannya.Bahkan dituntut lebih jauh lagi yakni kemampuan birokrasi untuk melakukan investasi dengan sumberdaya yang dimilikinya.
14)         Revention rather than cure (mencegah daripada mengobati).Artinya, birokrasi diharapkan mengupayakan berbagai cara prevensi agar tidak terjadi dampak yang tidak diharapkan.Oleh karenanya, setiap aktifitas birokrasi harus memeiliki kalkulasi yang baik terhadap kebijakan yang akan ditempuh.Sehingga birokrasi dapat menghindarkan diri dari masalah dan bukan melakukan pemecahan masalah.
15)         From hierarchy to partisipation and teamwork (dari hirarki menjadi partisipasi dan kerjasama tim).Artinya, membangun pemerintah yang terdesentralisasi.


7
16)         Dengan demikian, maka akan terbangun birokrasi yang lebih terbuka terhadap partisipasi bawahan dan mampu untuk saling bekerjasama.
17)         Leveraging change trough the market (mendongkrak perubuhan melalui pasar).Hal ini dimaksudkan agar pemerintah lebih berorientasi terhadap pasar untuk melakukan berbagai perubahan sehingga mampu menyesuaikan didri dengan perkembangan masyarakat.

E.     Fungsi dan Peran Birokrasi (jurnal Reformasi Birokrasi)
Di dalam jurnal ini di sebutkan bahwa fungsi dari birokrasi itu sendiri adalah agen negara guna mempertemukan secara utuh kepentingan rakyat dan kepentingan pemerintah. Namun, dalam hal ini birokrasi di indonesia disalahgunakan oleh birokrat atau pejabat negara dengan merubah fungsi birokrasi sebagai broker yang mengambil keuntungan dalam proses intermediasi dari dua pihak sekaligus, yaitu rakyat dan pemerintah.
Sedangkan peranan birokrasi sendiri ialah melakukan fungsi entrepreneurial, yakni fungsi yang memberikan inspirasi terhadap aparatur pemerintah untuk melakukan kegiatan-kegiatan inovatif yang sifatnya non-rutin, dengan mengaktifkan sumber-sumber potensial, dan menciptakan resource mix yang optimal dalam mencapai tujuan pemerintah.















8
BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN

Model birokrasi suatu penyelenggaraan tugas pemerintah untuk melaksanakan tugasnya secara efektif dan efisien. Model birokrasi terdiri dari berbagai macam yaitu model birokrasi klasik, model neo birokrasi, model kelembagaan, model hubungan kemanusiaan, model hubungan publik. Kelima model – model ini memiliki arti penting dalam menjalani suatu peraturan tindakan, kebijakan, kewenangan terhadap suatu negara tersebut. Hal ini perannya sangat penting untuk memperbaiki suatu sistem organisasi agar terciptanya suasana kerja yang baik dan dapat meningkatkan inovasi aparatur pemerintahan yang dijalani oleh negara dan demi tercapainya good governance.
Fungsi dan peran birokrasi pada sistemnya merupakan upaya untuk melakukan pembaharuan dan perubahan mendasar terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan terutama menyangkut aspek – aspek kelembagaan dan organisasi yang diselenggarakan. Sasaran terhadap fungsi dan peran negara ini diarahkan terbangunnya sosok birokrasi dengan tugas dan pertanggungjawaban terhadap kesejahteraan rakyat.

B.     SARAN

Jadi untuk mewujudkan birokrasi di Indonesia seharusnya meningkatkan metode pelaksanaan birokrasi pemerintahan yang harus mampu mendorong perbaikan dan peningkatan kerja birokrasi yang baik, baik dari pusatmaupun daerah. Peran negara memberikan penyuluhan kepada masyarakat mengenai hak dan kewajibannya untuk menjalani prosedur – prosedur yang telah di atur oleh Undang – undang.





9

DAFTAR PUSTAKA
























10

Tidak ada komentar:

Posting Komentar